Rabu, 26 Februari 2014


SUFIKS BAHASA MELAYU RIAU DIALEK SIABU
KECAMATAN SALO KABUPATEN KAMPAR


OLEH:   
RAHMAT ADE PUTRA (116210387)
SALBIAH (116210196)


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan ilmu pendidikan
Universitas Islam Riau
2013






1.                  Latar Belakang dan Masalah
1.1              Latar Belakang

Bahasa berfungsi sebagai sarana komunikatif dan efektif yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Selain itu, bahsa sangatlah penting bagi manusia dalam melangsungkan kehidupan nya sebagai makhluk  social yang saling berhubungan dan kerja sama. Seperti yang dikemukakan oleh Chaer (2000;1) “ Bahasa adalah satu system lambang byang berupa bunyi, bersifat arbiter, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri”. Penduduk Indonesia yang banyak tidak menutup kemungkinan menempati wilayah yang berbeda. Wilayah yang berbeda akan berpengaruh pada bahasa daerah yang akan mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa daerah merupakan bahasa yang dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikaasi dalam kehidupan sehari-hari. Faizah (2008;128) berpendapat “ Bahasa daerah adlah bahasayang dipakai oleh penutur bahasa yang tinggal didaerah tertentu, misalnya Bahasa Jawa, Melayu, Sunda, Batak, bahasa daerah sering dihubungkan dengan suku Bahasa”. Setiap daerah yang ada diwilayah nusantara ini mempunyai bahasa tersendiri dengan dialek beragam pula. Selanjutnya Chaer dan Agustina (2010;63) menjelaskan, “ dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penurtur yang jumlah relative berbeda pada suatu tempat, wilayah atau arena tertentu”. Negara Indonesia memiliki ragam bahasa daerah yang berbeda termasuk didalamnya dialek Siabu. Dialek Siabu dituturkan oleh masyarakat Desa Siabu dalam berintraksi sehari-hari dan letak geografisnya berada di provinsi riau.
Bahasa melayu riau dialek siabu ( disingkat dengan BMRDS ) mengalami perubahan akibat penduduk pendatang yang jumlahnya melebihi penduduk asli (siabu), sehingga bahasa asli sedikit bnyaknya akan mengalami perubahan. Masyarakat pendatang lebih cendrung memakai bahasa indonesaia kepada anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai generasi berikutnya penulis khawatir bahasa asli dialek Siabu terpengaruh oleh bahasa daerah yang dibawa oleh masyrakat pendatang dari berbagai daerah dan suku seperti suku Jawa, minang, Batak dan lain-lain. Kondisi ini tentudapa mengakibatkan BMRDS jarang digunakan oleh pemakai bahasa di daerah Siabu tersebut. Menurut penulids, sebenarnya BMRDS cukupo mudah dipahami karna tidak banyak bedanya dengan bahasa Indonesia (yang biasa disingkat dengan BI). Namun, ada cirri khas dari sufik BMRDS seperti sufiks –un, dan –in yang membedakan dengan bahsa lain misalnya dalam BI kata kuburkan dari dasar kata kubur + -kan akan mengalami perubahan bentuk menjadi kubuun apabila mendapatkan penambahan vocal /u/ pada bagian akhir dari kata dasar dalam BMRDS. Dalam BI kata habiskan darikata dasar habis + -kan akan mengalami perubahan bentuk menjadi abiinapabila mendapatkan [enambahan vokal /i/ pada bagian akhir dari kata dasar dalam BMRDS.
Bertolak dari uraian diatas, maka penulis merasa tertarik unruk melakukan penelitian yang berjudul “ Sufiks Bahasa Melayu Riau Dialek Siabo Kecamatan calo Kabupaten Kampar”. Pembaguian afiks yang dikutip dari Ramlan (2001;58)
Pertama, afiks-afiks yang terletak di lajur paling depan disebut prefiks karena selalu melekat didepan bentuk dasar.Kedua, afiks-afiks yang terletak dilajur tengah disebut infiks karena selalu melekat ditengah bentuk dasar.Ketiga, yang terletak dilajur belakang disebut sufiks karena selalu melekat dibelakang bentuk dasar.Ketiga mcam afiks itubisa juga disebut awalan, sisipan, danm akhiran
Selanjutnya kridalaksana (2008;230) berpendapat “surfiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian belakng pangkal”. Kemudian depdiknas (2008;1347) menjelaskan “ sufiks adlahafiks yang ditambahkan pada bagian belakang kata dasar “.
Yang menjadi objek studi semantik adalah makna bahasa. Lebih tepatnya lagi makna dari satuan-satuan bahasa seperti kata, frasa, klausa, kalimat dan wacana. Kalau bahasa itu memiliki tataran analisis yaitu fonologi, morfologi dan sintaksis. Maka dari itu, penulis akan mengkaji makna apa saja yang terdapat di dalam sufiks bahasa Melayu Riau Dialek Siabu Kecamatan Salo Kabupaten Kampar.





1.2  Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan mengemukakan masalah yang akan penulis kaji antara lain:
1.2.1        Apa makna sufiks bahasa Melayu Riau Dialek Siabu Kecamatan Salo Kabupaten Kampar

2.      Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis akan menarik tujuan penelitian yang akan penulis kaji antara lain:
2.1  untuk mendeskripsikan nama sufiks bahasa Melayu Riau Dialek Siabu Kecamatan Salo Kabupaten Kampar.

3.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis laukan dalam penelitian ini yaitu teknik :
1.      Observasi
Teknik ini dipergunakan untuk mengetahui pemakaian Bahasa Melayu Riau Dialek Siabu dalam pergaulan kehidupan sehari-hari. Sebelum melakukan teknik wawancara, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi di Daerah Siabu Kecamatan Salo Kabupaten Kampar.
Teknik ini dilakukan pada tanggal 15 Januari 2013. Dilihat dari persyaratan yang telah dijelaskan pada (halaman:19) diantaranya berjenis kelamin pria dan wanita, usia antara 25-65 tahun, orang tua istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya, berpendidikan maksimal tamat pendidikan dasar (SD-SLTP), berstatus menengah (tidak rendah tidak tinggi) dengan harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya.
2.      Wawancara
Menurut Depdiknas (2008:1559) “ wawancara yaitu Tanya jawab dengan seseorang,  yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau berpendapat menenai suatu hal”. Wawancara yang penulis lakukan ini adalah untuk mengetahui criteria informan dan untuk pengumpulan data tentang sufiks yang terdapat dalam Bahasa Melayu Riau Dialek Siabu.
Wawancara ini dilakukan pada tanggal 7 April 2013 yaitu pada pahi hari sekitar pukul 09.00 WIB di saat inorman berada di warungnya, informannya bernama Azami. Tanggal 9 April 2013 pada sore hari sekitar pukul 15.00 WIB setelah informan selesai mengerjakan aktifitasnya dan mau istirahat siang di kebun samping rumahnya, informan bernama Ahadi. Selanjutnya tanggal 10 April 2013 pada pagi hari yaitu sekitar pukul 09.00 WIB setelah informan menyelesaikan pekerjaan rumah, informannya bernama Dahniar.
Selain melakukan wawancara penulis juga mendapatkan data dari sumber data dengan merekam percakapannya sewaktu sumber data menasehati kami sewaktu diwarungnya pada malam hari tanggal 3 Juli 2013 sekitar jam 21.00 WIB.
3.      Rekaman
Penulis melakukan rekaman ini dengan cara merekam Tanya jawab dengan masyarakat asli Siabu yang sedang melakukan aktivitas ataupun dalam waktu istirahatnya. Rekaman juga digunakan untuk mengatasi keraguan-keraguan peneliti sewaktu mengolah dan menganalisis data.
4.      Cacatan
Teknik ini diperlukan untuk mencatat data yang diperoleh dari informan. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi keraguan pada saat penulis mengolah data.
5.      Pemancingan
Menurut saudara Sudaryanto (1997:137) “pada praktiknya, percakapan atau metode cakap itu diwujudkan dengan metode pemancingan. Si peneliti untuk melakukan data pertama-tama harus dengan segenap kecerdikan dan kemauannya memancing seseorang atau beberapa orang agar berbicara. Kegiatan mermancing itu dapat dipandang sebagai teknik dasarnya”.

4.      Teknik Analisis Data
            Teknik analsis data dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis data yang telah terkumpul agar mudah dapat diolah. Pada teknik analsis data ini langkah-langkah yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
1.      Mentraskripsikan data yang telah diperoleh dari bahasa lisan ke bahasa tulis, kegiatan ini dilakukan pada bulan April. Data yang di transkripsikan merupakan keseluruhan data yang diperoleh dari informan.
2.      data yang diperoleh kemudian ditransliterasikan (diterjemahkan) dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia. Kegiatan ini penulis lakukan setelah data ditranskripsikan dari bahasa lisan ke bahasa tulisan.
3.      Data tersebut dikelompokkan atau diklasifikasikan sesuai dengan masalah penelitian. Adapun masalah pertama yaitu apa sajakah bentuk sufiks yang terdapat dalam Bahasa Melayu Riau Dialek Siabu Kecamatab Salo Kabupaten Kampar, selanjutnya, masalah yang kedua, apa fungsi sufiks Bahasa Melayu Riau Dialek Siabu Kecamatan Salo Kabupaten Kampar tersebut.
4.      Menganalisis data yang sesuai dengan teori yang relevan. Teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Chaer (2000) dan teori Alwi, dkk. (2008).
5. menginterpretasikan hasil analisis data. Hasil interpretasi data tersebut diperoleh berdasarkan pemahaman penulis dari hasil data yang dilakukan. Pemahaman tersebut diperoleh berdasarkan ciri-ciri bahasa dan masyarakatnya.
6. Menyimpulkan analisi data. Pada tahap kesimpulan ini, penulsi mengelompokkan berdasarkan permasalahannya yaitu bentuk, fungsi, dan makna sufiks.
7.   Langkah terakhir, penulis menyajikan dalam bentuk skripsi.

5.      Analisis Data Makna Sufiks Bahasa Melayu Riau Dialek Siabu Kecamatan Salo Kabupaten Kampar.
      Makna yang penulis maksudkan adalah seperti yang dikemukakan oleh Kridalaksana (2008:148)”Makna adalah hubungan, dalam arti kesepanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau ujaran semua hal ditunjukkannya”. Selanjutnya Chaer (2000) membagi sufiks kedalam beberapa mkana.
1.  makna sufiks-an dapat menyatakan delapan makna yaitu: hasil pekerjaan, alat, hal atau benda yang dikenai perbuatan atau kejadian, tiap-tiap, banyak mengandung kata dasarnya, himpunan atau jumlah, bersifat yang disebut kata dasarnya.
a. menyatakan makna ’hasil pekerjaan’
 /tulis/ + /-an / /tulisan/ ‘tulisan’
Penggunaan dalam kalimat
/tulian Raqi ala elok nyo ha/
‘tulisan Raqi sudah bagus‘
Tulisan artinya ‘hasil dari pekerjaan menulis’
Tulisan menyatakan hasil menulis yangdilakukan oleh raqi

b. Menyatakan makna ‘alat’ 
/jorek/ +/-an /jorekan/ ‘jebakan’
Penggunaan dalam kalimat
/ Ayah pai pasau moli jorekan moncik/
‘Ayah pergi kepasar membeli jebakan tikus’
Jebakan artinya  ‘alat untuk menjebak’

2. makna sufiks –kan bahasa melayui riau dialek Siabu
Makna sufiks –kan dapat menyatakan bebrapa makna yaitu sebabkan jadi, sebabkan jadi berada di, lakukan untuk ornang lain, lakukan akan, bawa masukke.

a.       Menyatakan makna ‘sebabkan jadi’
1.      Kata sifat
/tonangkan dulu anak-anak itu d!/
‘Tenagkan dulu anak-anak itu’
tenagkan artinya ‘jadikan tenang’
tenagkan menyatakan tenang terhadap tingkah laku anak
2.      Kata kerja yang menyatakan keadaan
/jembatan itu de la sudah inyo putuikan/
‘jembatan itu sudah dia putuskan
Putuskan artinya ‘jadikan putus’
Putuskan menyatakan keadan jembatan yang telah diputuskan

3.       makna sufiks –I Bahasa Melayu Riau Dialek Siabu
makna sufiks –I dapat menyatakan beberapa makna yaitu : berkali-kali, tempat, merasa sesuatu pada, memberikan atau membubuhi, menjadikan menganggap, membuat jadi atau menyebalkan jadi pada.

a.       Menyatakan makna ‘berkali-kali’
/kambiong yang kami tembaki bapepang dek laghi/
‘kambing yang kami tembaki lari berceraiberai’
Tembaki artinya ‘ (perkerjaan menembaknya) dilakukan berkali-kali’.
Tembaki menyatakan menembak yang dilakukan berkali-kali terhadap kambing.














6.      SIMPULAN

Makna Sufiks ( -an, -en, -in, -on, dan –un ) yang penulis temukan dalam Bahasa Melayu Riau dialek Siabu mempunyai [ersamaan makna dengan sufiks –kandalam bahasa indonesia sebanyak empat  (4) makna. Ada pun keempat makna tersebuit menyatakan makna : sebabkan jadi, sebabkan jadi berada di, lakukan untuk orang lain, dan lakukan akan.
Makna sufiks –an dalam Bahasa Melayu Riau dialek Siabu sebanyak delapan (8) makna. Ada pun kedelapan makna tersebut menyatakan makna : hasil pekerjaan, alat, hal atau benda yang dikenai perbuatan, terjadinya perbuatan atau kejadian, tiap-tiap, banyak nmengandung yang disebut kata dasarnya, himpunan atau jumlah dan bersifat yang disebut kata dasarnya. Makna sufiks –kan dalam Bahasa Melayu Dialek Siabu sebanyak empat (4) makna. Ada pun keempat makna tersebut menyatakan makna : sebabkan jadi, sebabkan jadi berada di, lakukan untuk orang lain, dan lakukan akan. Makna sufiks –I dalam Bahasa Melayu Riau dialek siabu sebanyak enam (6) makna. Adapun keenam makna tersebut menyatakan makna : berkali-kali, tempat, merasa sesuatu pada,memberikan atau membubuhi, menjadikan atau menganggap dan membuat jadi atau akan mnyebabkan jadi pada.
 

Selasa, 25 Februari 2014

Tugas Semantik



Nama  : Salbiah
Kelas   : 6F
NPM   : 116210196

Menceritakan Tentang Semua Bagian-Bagian yang Ada Di Kepala
Di kepalaku banyak terdapat anggota-anggota yang ada di sekitarnya. Ada bibir, hidung, mata, telinga, pipi, alis, rambut dan otak. Dimulai dari bibir, bibirku tidak seseksi artis holywood, tapi kata pacarku bibirku kecil dan geregetan kalau orang memandang. Hehehe, bukan kataku ya... kemudian hidung, kalau bahas masalah hidung aku tu sering malu. Karena hidungku pesek seringkali di ejek temanku. Tapi aku santai aja, karena masih mempunyai hidung yang bisa untuk bernapas. Mata, mataku biasa aja tidak bulat dan tidak pula lonjong. Bola mataku hitam dan masih bisa untuk memandang, alias masih normal. Alis, alisku tipis. Tapi aku sering memakai pensil alis supaya dia kelihatan hitam dan enak untuk dipandang. Pipi, bagian yang paling banyak menguras kantongku. Kelihatannya saja bentuknya sederhana tapi kalau urusan itu, semua orang rela habis-habisan supaya kelihatan menawan. Telinga, daun telingaku besar dan sama seperti telinga yang lain. Kata bapakku telinga besar itu melambangkan seseorang itu pintar. Tapi mungkin dia hanya mau menyenangkan aku. Heee. Rambut, salah satu mahkota terindah bagi setiap wanita. Rambutku lurus, hitam tapi sekarang aku sudah potong pendek karena aku sakit kemaren. Jadi kalau rambutku dibiarkan panjang aku tu sering pusing. Otak, menurutku otakku IQ nya lumayan tinggi ya. Dan aku sangat bersyukur sudah diberi otak dengan IQ seperti ini. Itulah sekilas penceritaanku mengenai bagian-bagian yang ada di kepala ku.

Pengertian Cinta
Cinta itu adalah sebuah rasa yang tak menentu, tanda yang tak ada kejelasannya yang ia keluarkan, arti yang tak bisa kita ungkapkan dengan kata-kata, getaran yang tak mampu kita hindari saat dia datang menghampiri. Cinta memang mudah untuk dirasakan tapi sulit untuk di jalani. Perjalan cinta itu di ibaratkan lambang kebudayaan melayu di Riau yaitu sirih, pinang, tembakau, kapur dan gambir. Yang apabila semua itu di makan, maka akan banyak rasa yang akan kita rasakan yaitu ada rasa pahit, manis, kelat dan pedas. Begitu juga dengan perjalan cinta anak cucu Adam. Banyak yang kita rasakan sewaktu cinta itu sudah berakar di hati. Lika-liku cinta itu baru kita rasakan di saat raga tak bisa jauh darinya, disaat mata tak bisa melepaskan pandangan untuk menatapnya, di saat telinga terasa tuli apabila tak mendengar suaranya, di saat tangan terasa kaku apabila tak membelai wajahnya. Air mata terus menetes di saat dia dekat dan di saat dia jauh. Cinta itu rumit tapi ketahuilah hampa hidup tanpa cinta. 
\ Konsep Cinta
Cinta itu hanya berupa lambang yang letaknya di hati, yang terucap oleh mulut sehingga menciptakan rasa yang luar biasa dahsyatnya dari sepasang insan yang sedang bermadu kasih. Yang di dalamnya banyak lika-liku yang harus dijalani.
Defenisi Cinta
Cinta adalah suatu kata yang di ucapkan dengan tulus, yang hanya terdiri dari 5 huruf tetapi bisa menciptakan ribuan arti.
Tujuan Cinta
Setiap bani Adam yang merasakan cinta, pasti menginginkan agar cinta yang telah dia berikan kepada seseorang yang spesial di dalam hidupnya, menjadi pendampingnya kelak. Menjadi teman yang bisa berbagi jikala sedih melanda, jikala susah menimpa dan jikala bahagia mereka berdua merasakannya, menjadi muhrim yang halal yang bisa melayani, menjadi orang tua yang bisa menasehati jikala sesat, menjadi guru yang selalu berjuang keras untuk membimbing dan selalu bersabar jika godaan datang melanda dan menjadi anak yang suatu saat ingin selalu dimanja.