Nama : Salbiah
Kelas : 6F
NPM : 116210196
Analisis Gaya Bahasa Puisi Kerawang
Bekasi Karya Chairil Anwar
KARAWANG BEKASI
Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara
Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak
"Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi
mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di
malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding
yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang
diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa
memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai
tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk
kemerdekaan kemenangan
dan harapan atau tidak untuk
apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi
bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di
malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding
yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno,menjaga Bung
Hatta,menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas
pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami yang tinggal
tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara
Krawang-Bekasi
Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari
kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami
lautmu Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat
di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat
satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita
berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita
bertolak & berlabuh
Puisi “Krawang Bekasi karya Chairil Anwar” ini
termasuk kedalam puisi naratif. Puisi naratif adalah puisi yang di dalamnya
mengandung suatu cerita menjadi pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian
peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Puisi “Krawang Bekasi” ini
berkisah tentang perjuangan, yang lebih mengutamakan pada tempat (latar)
terjadinya suatu peristiwa di dalam puisi ini. Kalau melihat
dari judul tersebut Chairil ingin negaskan arti penting dari peristiwa yang
berkaitan dengan tempat.Tempat merupakan identitas bagi seseorang,tempat
merupakan titik 0 dari suatu kejadian.Disini seakan ada pesan jangan sampai
kita lupa terhadap asal usul kita,tempat kita,dimana suatu peristiwa itu
terjadi,sekecil apapun tempat itu,kalau mengandung nilai sejarah harus tetap
kita hargai sebagaimana mestinya.Karena dari sana nilai sejarah itu bermula. Krawang
dan Bekasi adalah sebuah kota kecil yang berada dekat Jakarta,akan tetapi dari
sanalah ada sesuatu yang ingin di ungkap oleh Sang Penyair arti dari sebuah
perjuangan. Disini penulis akan mencoba menganalisis gaya baha
Gaya bahasa yang digunakan dalam karya “Krawang-Bekasi”.
Analisis Gaya Bahasa
Puisi Krawang Bekasi Karya Chairil Anwar :
Gaya bahasa adalah adalah pemanfaatan
kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu,
keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun. Adapun gaya bahasa
yang digunakan di dalam puisi “Krawang Bekasi” yang digunakan didalam puisi ini
yaitu antara lain:
v Metafora
Metafora
adalah gaya bahasa yang membuat suatu benda tidak
mempunyai sifatnya yang biasa, melainkan sifat yang lain. Hal ini terlihat pada kutipan puisinya yaitu “aku sekarang api aku sekarang laut”, disini sang penyair mengibaratkan dirinya seperti laut dan api. Karena api cendrung mempunyai hawa yang panas yang bias membakar sesuatu, sedangkan mempunyai sifat seperti laut karena laut selalu bergelombang dikala ada ombak datang menghadang dan kadang kala bisa tenang sehingga menimbulkan kedamaian jika kita memandangnya.
mempunyai sifatnya yang biasa, melainkan sifat yang lain. Hal ini terlihat pada kutipan puisinya yaitu “aku sekarang api aku sekarang laut”, disini sang penyair mengibaratkan dirinya seperti laut dan api. Karena api cendrung mempunyai hawa yang panas yang bias membakar sesuatu, sedangkan mempunyai sifat seperti laut karena laut selalu bergelombang dikala ada ombak datang menghadang dan kadang kala bisa tenang sehingga menimbulkan kedamaian jika kita memandangnya.
v Personifikasi
Personifikasi
adalah gaya bahasa yang membuat suatu benda mati bertingkah seperti manusia.
Pada puisi “Krawang Bekasi” hal ini tampak pada kutipan puisinya yaitu “kami
sekarang mayat, berikan kami arti”. Pada puisi ini tersirat makna seakan-akan
mayat yang secara sifat tidak dapat berbicara bahkan bergerak, tetapi oleh
pengarang “mayat” tersebut dibuat seolah-olah dapat berbicara seperti manusia
hidup.
v Alegori
Alegori
adalah Gaya
bahasa yang mengungkapkan beberapa perbandingan yang bertaut satu dengan yang
lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh.
Hal ini tampak pada kutipan yaitu “ dipanggang di atas apimu, digarami lautmu
dari mulai tanggal 17 Agustus 1945” .
“aku melangkah kedepan berada rapat di sisimu”. “aku sekarang api, aku
sekarang laut”. “Bung Karno ! kau dan aku satu zat satu urat”. “ di zatmu di
zatku kapal-kapal kita berlayar”, “ di uratmu di uratku kapal-kapal kita
bertolak dan berlabuh”.
v Hiperbola
Hiperbola
adalah Gaya bahasa perbandingan yang dipakai untuk melukiskan suatu peristiwa
secara berlebih – lebihan. Pada puisi “Krawang Bekasi” hal ini tampak pada
kutipan “Kami
cuma tulang-tulang berserakan” artinya sang penyair menganggap dirinya tak bisa
apa-apa hanya berharap pada “kamu” untuk mengenang apa yang telah mereka
lakukan.