Kamis, 27 Maret 2014

analisis gaya bahasa puisi kerawang bekasi karya khairil anwar



Nama  : Salbiah
Kelas   : 6F
NPM   : 116210196
Analisis Gaya Bahasa Puisi Kerawang Bekasi Karya Chairil Anwar

KARAWANG BEKASI
Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan
dan harapan atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno,menjaga Bung Hatta,menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
Puisi “Krawang Bekasi karya Chairil Anwar” ini termasuk kedalam puisi naratif. Puisi naratif adalah puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita menjadi pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Puisi “Krawang Bekasi” ini berkisah tentang perjuangan, yang lebih mengutamakan pada tempat (latar) terjadinya suatu peristiwa di dalam puisi ini. Kalau melihat dari judul tersebut Chairil ingin negaskan arti penting dari peristiwa yang berkaitan dengan tempat.Tempat merupakan identitas bagi seseorang,tempat merupakan titik 0 dari suatu kejadian.Disini seakan ada pesan jangan sampai kita lupa terhadap asal usul kita,tempat kita,dimana suatu peristiwa itu terjadi,sekecil apapun tempat itu,kalau mengandung nilai sejarah harus tetap kita hargai sebagaimana mestinya.Karena dari sana nilai sejarah itu bermula. Krawang dan Bekasi adalah sebuah kota kecil yang berada dekat Jakarta,akan tetapi dari sanalah ada sesuatu yang ingin di ungkap oleh Sang Penyair arti dari sebuah perjuangan. Disini penulis akan mencoba menganalisis gaya baha Gaya bahasa yang digunakan dalam karya “Krawang-Bekasi”.
Analisis Gaya Bahasa Puisi Krawang Bekasi Karya Chairil Anwar :
Gaya bahasa adalah adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun. Adapun gaya bahasa yang digunakan di dalam puisi “Krawang Bekasi” yang digunakan didalam puisi ini yaitu antara lain:
v  Metafora
Metafora adalah gaya bahasa yang membuat suatu benda tidak
mempunyai sifatnya yang biasa, melainkan sifat yang lain. Hal ini terlihat pada kutipan puisinya yaitu “aku sekarang api aku sekarang laut”, disini sang penyair mengibaratkan dirinya seperti laut dan api. Karena api cendrung mempunyai hawa yang panas yang bias membakar sesuatu, sedangkan mempunyai sifat seperti laut karena laut selalu bergelombang dikala ada ombak datang menghadang dan kadang kala bisa tenang sehingga menimbulkan kedamaian jika kita memandangnya.


v  Personifikasi
Personifikasi adalah gaya bahasa yang membuat suatu benda mati bertingkah seperti manusia. Pada puisi “Krawang Bekasi” hal ini tampak pada kutipan puisinya yaitu “kami sekarang mayat, berikan kami arti”. Pada puisi ini tersirat makna seakan-akan mayat yang secara sifat tidak dapat berbicara bahkan bergerak, tetapi oleh pengarang “mayat” tersebut dibuat seolah-olah dapat berbicara seperti manusia hidup.
v  Alegori
Alegori adalah Gaya bahasa yang mengungkapkan beberapa perbandingan yang bertaut satu dengan yang lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini tampak pada kutipan yaitu “ dipanggang di atas apimu, digarami lautmu dari mulai tanggal 17 Agustus 1945” .  “aku melangkah kedepan berada rapat di sisimu”. “aku sekarang api, aku sekarang laut”. “Bung Karno ! kau dan aku satu zat satu urat”. “ di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar”, “ di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak dan berlabuh”.
v  Hiperbola
Hiperbola adalah Gaya bahasa perbandingan yang dipakai untuk melukiskan suatu peristiwa secara berlebih – lebihan. Pada puisi “Krawang Bekasi” hal ini tampak pada kutipan “Kami cuma tulang-tulang berserakan” artinya sang penyair menganggap dirinya tak bisa apa-apa hanya berharap pada “kamu” untuk mengenang apa yang telah mereka lakukan.