Senin, 09 Juni 2014

analisis buku siswa SMA dalam kajian semantik



Nama      : Salbiah
Kelas       : 6F
NPM       : 116210196

Analisis Jenis Makna yang Terdapat di dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMA Kelas X yang Berjudul “Kompeten Berbahasa Indonesia” Penerbit Erlangga Halaman 78  Pokok Pembahasan Mendengarkan Puisi

Anak-Anak Indonesia
Karya Ahmadun Yosi Herfanda
Kehilangan ladang di kampung mereka
Anak-anak Indonesia merangkak
Di lorong-lorong gelap kota
Berjejal mereka di gerbong-gerbong
Kereta api senja
Terimpit dalam bus-bus kota
Menggelepar dalam gubuk-gubuk
Tanpa jendela
Anak-anak Indonesia akan digiring
Kemanakah mereka
Bagai berjuta bebek mereka bersuara
Menyanyi lagu tanpa syair dan nada
Sebelum matahari terbit, anak-anak Indonesia
Berderet di tepi-tepi jalan raya, menggapai-gapaikan
Tangan mereka ke gedung-gedung berkaca
Yang selalu tertutup pintu-pintunya
Dari pagi hingga sore mereka antre lowongan kerja
Tapi lantas dibuang ke daerah transmigrasi
Terusir dari tanah kelahiran (demi bendungan dan lapangan gol, katanya)
Anak-anak Indonesia tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel, dan
Biro-biro ekspor tenaga kerja
Anak-anak Indonesia, akan dibawa kemanakah
Ketika bangku-bangku sekolah bukan lagi dewa
Yang bisa menolong nasib mereka?
(Dikutip dari Horison, Juni 1998)

              Berdasarkan puisi yang terdapat di dalam buku Bahasa Indonesia SMA kelas X, penulis akan menganalisisnya menurut kajian semantik yaitu jenis makna. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
Ø  Makna leksikal
            Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Seperti yang terdapat di dalam cuplikan puisi di atas yaitu “berjejal mereka di gerbong-gerbong” dan “anak-anak Indonesia tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel dan biro-biro ekspor tenaga kerja”. Pada kutipan di atas, kutipan puisi yang penulis kutip itu mengandung makna yang sebenarnya sesuai dengan hasil observasi alat indra kita bahwa anak-anak Indonesia yang menjadi pengemis dipinggiran jalan memang banyak di gerbong-gerbong, di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel dan biro-biro ekspor tenaga kerja. Tanpa ada maksud lain di dalam kalimat puisi tersebut.
Ø  Makna kias
            Makna kias adalah oposisi dari arti yang sebenarnya. Seperti yang terdapat di dalam kutipan puisi “menggelepar dalam gubuk-gubuk tanpa jendela” maksudnya yaitu anak-anak Indonesia yang menjadi pengemis itu tinggal di gubuk-gubuk kardus tanpa adanya jendela yang di saat hujan tiba mereka kedinginan. “gedung-gedung berkaca” maksudnya yaitu mobil-mobil orang kaya. “kehilangan ladang di kampung mereka” maksudnya yaitu anak-anak Indonesia kehilangan tempat tinggal di kampung mereka sendiri atau kehilangan kesenangan di tanah kelahiran mereka sendiri dan bisa juga diartikan kehilangan mata pencharian di kampung mereka sendiri. “bagai berjuta bebek mereka bersuara” maksudnya yaitu begitu banyak anak-anak Indonesia yang menjadi pengemis dengan mengeluarkan suara-suara mereka untuk meminta uang dengan orang lain dengan menyanyikan lagu-lagu yang mereka sendiri tidak mengambil tahu tentang apa yang mereka suarakan itu. “ketika bangku-bangku sekolah bukan lagi dewa” maksudnya yaitu ketika bangku-bangku sekolah bukan lagi penyelamat bagi mereka untuk menuju masa yang akan datang nantinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar